Ada beberapa alasan mengapa e-commerce mungkin tidak menyukai dropshipper.
Pertama-tama, meskipun dropshipper dapat menyediakan seleksi produk yang luas, tetapi mereka juga memiliki adanya tingkat risiko yang lebih tinggi. E-commerce cenderung mengutamakan kualitas produk dan pengalaman pelanggan yang konsisten. Namun, ketika produk dikirim langsung dari pihak ketiga, seperti dropshipper, tidak mudah untuk mengendalikan kualitas produk dan kecepatan pengiriman. Ini dapat membuat pengalaman pelanggan berisiko tinggi, karena mereka mungkin mendapatkan produk yang cacat atau mengalami keterlambatan pengiriman.
Selain itu, dropshipper sering kali memiliki margin keuntungan yang lebih tinggi daripada e-commerce. Mereka biasanya membeli produk dengan harga yang lebih murah langsung dari pabrik atau distributor, dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini membuat dropshipper dapat mengurangi keuntungan dari e-commerce karena mereka mengambil bagian dari harga jual produk.
Selain itu, e-commerce juga mungkin merasa risiko yang lebih tinggi dari segi reputasi ketika menggunakan dropshipper. Ketika produk dikirim langsung dari pihak ketiga, e-commerce mengandalkan dropshipper untuk memberikan layanan yang tepat waktu dan berkualitas kepada pelanggan. Jika dropshipper tidak dapat memenuhi harapan ini, reputasi e-commerce dapat terganggu.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua e-commerce tidak menyukai dropshipper. Ada beberapa e-commerce yang dapat bekerjasama dengan dropshipper dengan baik dan mencapai keuntungan bersama. Semua tergantung pada model bisnis dan tujuan strategis dari masing-masing e-commerce.