Salah satu contoh animasi tradisional yang terkenal di Indonesia adalah wayang kulit. Wayang kulit merupakan seni pertunjukan yang menggunakan karakter-karakter boneka dari kulit yang diperagakan di belakang layar putih. Dalam pertunjukannya, para dalang menggerakkan karakter-karakter tersebut dengan cara mentranslasikan gerakan-gerakan mereka ke belakang layar dengan menggunakan tali dan kepekan.
Selain wayang kulit, ada juga animasi tradisional lainnya seperti anyaman ketupat, yang juga dikenal sebagai “pucuk rebung” di beberapa daerah di Indonesia. Animasi ini biasanya dibuat dengan teknik stop motion, di mana sekelompok anak-anak akan membuat pola ketupat menggunakan daun kelapa lalu mereka mengambil foto pola tersebut dengan kamera secara berurutan untuk menciptakan efek gerakan. Hasil akhirnya adalah animasi yang menggambarkan proses pembuatan ketupat secara visual dan kreatif.
Selanjutnya, terdapat juga jenis animasi tradisional menggunakan wayang golek. Wayang golek adalah boneka kayu yang dipergunakan untuk cerita pewayangan seperti Ramayana dan Mahabarata. Wayang golek digerakkan oleh dalang yang menguasai kemampuan menggerakkan sendi-sendi boneka dengan menekan bagian kepala untuk menggerakkan mulut. Trik ini menciptakan kesan bahwa boneka tersebut sedang berbicara dan berinteraksi.
Semua contoh animasi tradisional diatas menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang kreatif dan unik. Pada saat ini, teknologi digital telah membuka peluang untuk menerapkan animasi tersebut ke dalam medium yang lebih modern, tetapi mereka tetap mempertahankan karakteristik dan nilai-nilai tradisional yang melekat.